top of page
Search
Writer's picturefanitales

Aku Kembali Demam





Aku sangat sedih melihat foto ini. Calon suamiku berpegangan tangan dengan perempuan lain dan menatap matanya.

Mas, tahu gak? Kamu pernah memintaku untuk bersalaman dengan atasanmu walaupun aku enggan, aku tetap melakukannya. Mas, tahu gak kalau aku sudah bertahun-tahun tidak bersalaman dengan lawan jenis, hanya sesekali dengan guru-guruku. Bahkan aku tidak pernah menyentuh kulit teman laki-lakiku.

Aku berlatih untuk menjadi istri yang baik bagimu. Istri yang terjaga kehormatannya. Karena aku hanya ingin kamu yang menyentuhku, Mas. Maafkan aku jika aku terlalu kaku, primitive, ataupun tertutup.

Rasanya sedih dan cemburu melihatmu melakukan hal seperti itu secara sadar dengan perempuan lain. Mungkin aku yang terlalu menutup diri, kembali lagi, aku hanya ingin disentuh olehmu. Aku ingin menjadi perempuan yang special.

Saat aku bercakap dengan teman lelakiku, sebisa mungkin aku alihkan pandanganku atau aku hanya menatap ujung sepatuku atau cincin yang melingkar di jariku. Bukan aku takut jatuh hati pada teman lelakiku, tapi apapun itu, aku tak ingin membuka kesempatan sedikitpun untuk orang ketiga.

Mas, mungkin kamu tidak ada rasa, tapi siapa tahu dengan orang lain. Selama ini, sudah pernah kita alami adanya orang yang mengganggu hubungan ini. Kau bilang bahwa kau tak memiliki rasa. Lalu bagaimana bisa dia segigih itu padamu? Kita mungkin tidak berniat untuk menggoda, tapi kita tidak bisa mengendalikan pikiran dan perasaanya untuk tidak tergoda.

Pagi ini, saat aku bangunkan kau untuk salat subuh, kau bilang ingin menjemput perempuan itu yang dari Jogja untuk bermain volley di timmu. Aku singkirkan cemburuku dan kuberikan kepercayaanku. Karena hanya itu yang bisa aku lakukan. Yang aku inginkan hanyalah mengakhiri hubungan ini di pelaminan dan hidup bahagia bersamamu hingga maut memisahkan.

Sepanjang perjalananmu ke Surabaya, aku selalu menunggu kabarmu. Tapi, kau mengabariku saat aku bertanya. Lalu, aku tak lupa mengucapkan terima kasih karena mangabariku saat kau tiba di pamekasan. Namun, hatiku terlanjur cemburu buta. Sejujurnya aku marah padamu, namun aku sedih saat kau marah balik dan memarahiku dengan nada tinggi. Aku ingin menjelaskan tapi kau tak mau tau.

Hingga saat aku ketik kata demi kata ini dan ku lihat fotomu berjabat tangan dengan perempuan itu, air mataku belum berhenti mengalir. Aku selalu heran, apakah setidaknyaman ini rasanya mencintai seseorang yang sungguh-sungguh dan perasaan yang dalam?

Selamat atas kemenangan timmu. Dan aku masih menunggumu pulang dari perayaan. Menunggu teleponmu.

4 views0 comments

Recent Posts

See All

I am lonely :')

My friend once told me about what kind of person I am. I know that people can read my mind and my feeling through my face. It does not...

Comentarios


bottom of page